Minggu, 05 April 2015

SEJARAH DAN LINGKUP SOSIOLINGUISTIK



SEJARAH DAN LINGKUP SOSIOLINGUISTIK
A.    Sejarah Sosiolinguistik
Perkembangan sosiolinguistik baru mulai pada akhir 1960an dan awal 1970an, sehingga kajian bahasa ini dapat dipandang sebagai disiplin ilmu bahasa yang masih muda. Meskipun demikian, hal ini tidak berararti bahwa sosiolinguistik ini merupakan penemuan dekede 1960an. Dewasa ini, perhatian terhadap sosiolinguistik semakin luas dan kesedaran yang semakin meningkat bahwa sosioliguistik dapat memperjelas hakikat bahasa dan hakikat masyrakat.

Panini (500SM) diyakini oleh banyak linguis sebagai pelopor pengkaji sosiolinguistik dalam karyanya yang berjudul Astdhayayi satu buku yang beris tentag stilistika bahasa pengkajian sosiolinguistik mulai mendapat perhatian. Baru beberapa abad kemudian, tepatnya pada abad 19, Schuchardt, Hasseling, dan Van Name (1869-1897) untuk pertama kalinya memulai kajan tentang dialek bahasa pedalaman Eropa dan kontak bahasa yang mengahsilkan bahasa campuran. Perkemabangan kajian sosiolinguistik semakin menemukan titik cerah setelah De Saussure (1857-1913) berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat dua istilah yang masih popular hingga saat ini: Langue dan Parole. Tak lama berselang, langkah de Saussure ini ditindaklanjuti oleh beberapa sarjana bahasa Amerika Serikat, seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Blommfield yang melakukan beberapa kajian bahasa budaya, dan kognisi.

Istilah sosiolinguistik digunakan pertama sekali oleh Harver Currie pada tahun 1952. Tokoh ini sebelumnya melihat kajian linguistik tidak memiliki perhatian terhadap realitas sosial. Setahun berikutnya, Weinreich (1953) menulis Language in Contact, yang diikuti dengan kemunculan karya-karya besar lain dalam bidang ini sehingga mulai saat itu sosiolinguistik menjadi ilmu yang mantap dan menarik perhatian banyak orang.

B.     Ruang Lingkup Sosiolinguistik
Mengenai ruang lingkup sosiolinguistik, dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut.
1.      Mikro sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya system tegur sapa.
2.      Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku bahasa dan struktur sosial.
Sosiolinguitik meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Cakupan sosiolinguistik akan semakin jelas jika kita lihat paparan yang membandigkan sosiolinguistik dengan dengan bidang studi lain yang terkait sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
a.       Sosiolinguistik dengan Sosiologi
Sosiologi mempelajari anatara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antar anggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Secara konkret, sosiologi mempelajari kelompok-kelompok dalam masyarakat. Di dalam masyarakat ada semacam lapisan, seperti lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata, atau kasta-kasta yang berjenjang juga dipelajari sosiologi. Sampai tahap tertentu sosiologi memang menyentuh bahasa. Objek utama sosiologi  bukan bahasa, melainkan masyarakat, dan dengan tujuan mendeskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan objek utama sosiolinguistik adalah variasi bahasa, bukan masyarakat.
b.      Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum
Linguistik umum (general linguistics) seringkali disebut linguistik saja, mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis. Linguistik disini hanya berbicara tentang struktur bahasa, mencakup bidang struktur bunyi, struktur morfologi, struktur kalimat dan struktur wacana. Linguistik menitik beratkan pembicaraan pada bunyi-bunyi bahasa, karena atas dasar anggapan, bahasa itu berupa bunyi-bunyi yang berstruktur dan bersistem. Linguistik mempunyai pandangan monolitik terhadap bahasa. Artinya, bahasa dianggap satu sistem yang tunggal, 1. Linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup suatu sistem yang berdiri sendiri terlepas dari kaitannya dengan struktur masyarakat. 2. Sosiolinguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tetapi yang berkaitan dengan struktur masyarakat, bahasa dilihat sebagai sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan dari nilai-nilai sosiobudaya yang dipatuhi oleh penutur itu, jadi bahasa dilihat sebagai sistem yang terbuka. Sosiolinguistik menitik beratkan fungsi bahasa dalam penggunaan, makna bahasa secara sosial. 
c.       Sosiolinguistik dengan Dialektologi
Dialektologi adalah kajian tentang variasi bahasa. Dialektologi mempelajari berbagai dialek dalam suatu bahasa yang tersebar diberbagai wilayah. Tujuan untuk mencari hubungan kekeluargaan diantara berbagai dialek-dialek itu juga menentukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut maknanya, dari masa ke masa dan dari saru tempat ke tempat lain. Titik berat kajian terletak pada kata. Setelah ditemukan sejumlah kata yang mempunyai berbagai bentuk atau lafal pada sejumlah dialek diberbagi tempat, dialektologi membuat semacam peta, yakni peta dialek. Peta itu tertera garis-garis yang menghubungkan tempat satu ketempat yang lain.
d.      Sosiolinguistik dengan Retorika 
Retorika sebagai kajian tentang tutur terpilih. Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa. Seseorang yang akan bertutur memepunyai kesempatan untuk menggunakan berbagai variasi dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-bahannya. Retorika mempunyai kesejajaran dengan sosiolinguistik, yaitu variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Tetapi tidak seperti retorika. Sosiolonguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja. Sosiolinguistik mempelajari semua variasi yang ada, kemudian dikaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu. Retorika cenderung kearah kajian tutur individu.
e.   Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial
Sosiologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi merupakan bagian dari kajian psikologi. Psikologi mengurusi masalah mental individu, seperti inteligensi, minat, sikap, kepribadian, dan semacamnya. Sosiolinguistik berkaitan dengan bahasa masyarakat, hubungan antara sosiolinguistik dengan psikologi sosial tentu ada. Pendekatan psikologi sosial dipakai di dalam menganalisis.
f.       Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi adalah kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas. Kebudayaan dalam arti luas seperti kebiasaan, adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi, teknologi, bahasa. Bagi antropologi bahasa dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri (identitas) bagi sekelompok orang berdasarkan etnik.
g.      Sosiolinguistik Makro dengan Sosiolinguistik Mikro
sosiolinguistik makro adalah ruang lingkup sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah prilaku bahasa dan struktur sosial. Kajian intinya adalah komunikasi antar kelompok, barangkali didalam konteks satu kelompok masyarakat, misalnya tentang penggunaan bahasa ibu dengan bahasa local oleh kelompok-kelompok linguistic minoritas. Sedangkan sosiolinguistik mikro adalah ruang lingkup sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil. Titik pusat pengkajian mikro sosiolinguistik adalah tingkah ujar (speech act) (Sharle,1965) yang terjadi didalam kelompok-kelompok primair menurut sosiolog, dan tingkah ujar itu dimodifikasi oleh variable-variabel seperti status keakraban (intimasi), pertalian keluarga, sikap dan tujuan antar tiap anggota kelompok. Kebanyakan variable linguistik digolongkan kedalam kelompok yang umunya disebut register (Crystal dan Davi, 1969) dan bukan dalam kelompok dialek, yaitu variable yang diakibatkan oleh penggunaan bahasa oleh individu dalam variable tertentuyang diamati,dan bukan pula variasi yang diakobatkan oleh karakteristik yang relative permenen pada diri si pemakai bahasa seperti umur, kelas sosioal, pendidikan dan seterusnya.

Kedua istilah ini, makro dan mikro mengaju pada luas dan sempit cakupan. Jika sosiolinhuistik membicarakan masalah-masalah “besar dan luas”, ia masuk sosiolinguistik makro. Sebaliknya, jika yang dibicarakan masalah-masalah “kecil dan sempit ” ia masuk sosiolinguistik mikro. 

Sosiolinguistik mikro menurut Roger Bell (1976), lebih menekankan perhatian pada interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok guyuk tutur (intragrupinteraction), sedangkan sosiologi makro menitik beratkan perhatian kepada interaksi antar penutur dalam kontek antar kelompok (intragrupinteraction).

DAFTAR PUSTAKA 

Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. 
Paul, Ohoiwutun. 2007. Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blanc.
Sumarsono. 2009. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar